Follow My Twitter^^

Kamis, 10 Mei 2012

He's Secret | Part 1




2. genre: Fun, Sad
2. Cast: -Im Yoon Ah
              -Choi Siwon
NB: it's no my FF, it's My Friend FF ^6^ ENJOY FOR READ THIS. Oh yeah! HAPPY READING ^.^/

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
»Yoona's P.O.V«

Aku memandangi seisi kamarku, kusentuh dengan lembut dinding kamar yang sudah lumayan kusam ini. Coretan-coretan tangan jail tergambar di sepanjang dinding putih, mengingatkanku pada seorang gadis kecil yg senang menggambar itu. Gadis kecil yang hiperaktif, dan selalu saja mengoceh setiap kali menemukan hal baru. Ya, gadis kecil itu adalah aku - Sang yoona kecil.

Sesirat senyum tiba-tiba saja mengembang di bibirku, kenangan-kenangan konyol di masa kanak-kanakku lah penyebabnya. Hah, kejadian saat aku dan teman-temanku tertangkap basah sedang mencuri permen di toko tuan Dae benar-benar memalukan! Tak mungkin aku melupakan itu.

Waktu kecil aku memang termasuk gadis yang tomboy, banyak teman laki-laki yang kupunya. Rambutku pendek persis laki-laki pada umumnya dan aku paling benci memakai rok, apalagi berdandan! Ugh! Aku paling anti soal itu! Tapi, Yoona yang dulu dan sekarang jauh berbeda. Kini, aku mulai peduli pada penampilanku, rambutku pun tak seperti dulu lagi. Rambut kecoklatan, panjang dan lumayan keriting menjuntai dari kulit kepalaku sekarang. Yoona yang berumur 17 tahun ini jauh lebih feminim, senang membeli majalah mode, pergi ke salon, dan tidak jarang-jarang aku memasak di dapur bersama ibuku. Sepatu high heels pun tak kalah jumlah dengan sepatu sneekersku. Aku senang sekali berbelanja bersama teman-teman sekelasku. Memborong semua barang diskon dan tentunya bermerek!  Hahaha, bisa dibilang itu hobiku. Tapi, aku tidak terlalu shopaholic juga sih... Normal saja seperti gadis remaja yang lain  hehehe...

'Sreek..' Tanpa kuduga selembar kertas terjatuh dari meja belajarku.

Aku segera mengambil kertas tersebut dan menyadari bahwa itu adalah fotoku saat masih duduk dibangku 6 SD. Sungguh dekil sosok perempuan yang aku lihat di foto ini, namun senyum manisnya masih terlihat jelas. Aku mengulang memoriku - mencoba mengingat 'saat kejadian apa foto ini diambil?'
Oh ya! Aku baru ingat sekarang, ini kan waktu sore itu. Sore dimana aku sedang bermain dengan teman cowokku yang lain. Memerosoti tanah yang lumayan curam karena hasil pengerukan tanah untuk pembangunan, memang benar-benar mengasyikan!

"Sangat berbeda bukan?" Gumamku sendiri ketika berkaca dengan foto tersebut di samping wajahku.

"Hahaha konyol! Aku berbicara sendiri. Yoona... Yoona..." Aku terkekeh - sendiri- persis org depresi X_X

Akhirnya aku memasukkan foto lama itu ke dalam kantong depan tas pinggangku, dan sekali lagi aku melirik ke semua sudut kamar. Berat rasanya untuk menjauh. Karena bisa jadi ini kali terakhirku melihat kamar kecil nan sederhana dan penuh makna ini.

"Yoona!! Ayo cepat turun ke bawah sayang! Makan dulu!!" Suara lengkingan khas milik ibuku terdengar dari lantai dasar.

"Iya, iya! Yoona ke sana!!" Balasku tak kalah kerasnya.

"Sampai jumpa kamarku, aku akan sangat merindukanmu..."

Kutapaki tangga kayu ini dengan sedikit berlari, namun tentunya tetap fokus untuk menjaga keseimbangan. Berjalan ke arah dapur, aroma kimchi langsung menerpa wajahku, membuat perutku memulai konser tunggalnya. Secepat mungkin aku mengambil posisi di meja makan. Air liurku sudah tidak bisa dibendung lagi ketika melihat kimchi yg lezat itu. Sungguh menggoda. Tak sabar aku menancapkan gigi-gigiku di atas kimchi tersebut.

"Makannya yg cepat ya. Keburu bisnya datang." Ujar Ibu dengan semangkuk Kimchi untukku

"Iya, tenang saja bu. Kalau masalah makan memakan, aku jagonya. Hehehe..." Candaku

"Oh, pantas saja pipimu tembem kak!" Tiba-tiba saja adikku - Minho menyahut dari dalam kamarnya yang tak jauh dari meja makan

"Apa kau bilang?! Enak saja, aku tidak tembem tau!" Nada cemas terdengar jelas keluar dari mulutku

"Sudah, sudah! Jangan memegangi pipimu terus Yoona. Sekarang, makanlah yang byk! Karena perjalananmu nanti akan jauh Yoon!" Ucap Ayah - sedikit membentakku dan melanjutkan membaca koran mingguannya

Ayah memang tidak suka jika aku dan adikku mulai bersikap kekanak-kanakkan, sekalipun kami masih anak-anak . Beliau adalah hasil dari didikan kakekku yang seorang tentara. Wajar saja ayahku menjadi sosok yang tegas dan disiplin. Tapi sayangnya, ayah tidak diterima dalam akademi militer karena kekurangan pada matanya. Sejak usia 12 thn Ayah sudah harus menggunakan kacamata. Sedangkan seorang tentara harus memiliki fisik yang sempurna. Namun, kini ayah memiliki pekerjaan yang tak kalah berjasanya. Pekerjaannya sebagai dosenlah yang sanggup menghidupi keluarga kami. Ayahku lulusan S3, dan itu membuatku bertekad untuk belajar lebih giat lagi. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk belajar di asrama saja. Aku pikir, jika belajar di asrama aku akan lebih fokus, karena semua kegiatanku setiap harinya sudah dijadwalkan. Yeah.... Walaupun pastinya aku akan sangat merindukan keadaan rumah. Apalagi Ayah, Ibu dan Minho. Ingin sekali aku menangis jika ingat aku akan meninggalkan mereka...

"Sudah, jangan menangis lagi Yoon..." Kali ini ayah mengucapkannya dengan penuh kasih sayang, Ia menutup korannya.

"Mustahil aku tak menangis Yah.." Jelasku, berusaha untuk tersenyum - seraya mengusap air mata.

Seiring makananku habis, seiring pula bunyi klakson sebuah bis besar memekakan telingaku. Ya, tentu saja. Bis itu akan tepat waktu menjemputku pukul 8 pagi. Aku segera mengambil koperku dan tak lupa memakai tas pinggang. Salam perpisahan sangatlah berat aku katakan. Berbagai sugesti negatif mulai terlintas di pikiranku. Aku takut jika ini kali terakhir aku dan keluargaku bertatap muka. Bisa saja salah satu dari kami meninggal saat kami terpisah.
Aaaahh!!! Tidak! Tidak! Aku tidak mau itu terjadi!!

Pelukan pertama dari Ibuku begitu hangat dan erat. Dapat kurasakan jelas bahwa Ibu masih 'berat' untuk melepaskanku ke asrama. Aku pasti akan sangat merindukan sifat ibuku yang sensitif dan konyol ini. "Kamu hati-hati ya di sana Yoona. Kami akan selalu mendo'akanmu di sini" Isak tangis Ibu mewarnai kepergianku.

"Iya bu, pasti!" Jawabku yakin, berusaha untuk terlihat tegar.

Ibu melepaskan pelukannya dan membiarkanku jatuh kepelukan Ayah. Di dekapannya, aku merasakan degup jantung yang berpacu cepat. Nampaknya beliau juga khawatir padaku. Tangannya yang sudah sedikit keriput itu membelai halus rambutku.
"Belajarlah yang rajin di sana, jangan berbuat onar dan banggakan kami di sini" Pesan Ayah.
Tatapannya yang yakin membuat tekadku semakin bulat untuk belajar secara intensif dan serius di sana "Aku tak akan membiarkan kalian kecewa. Percayalah! "

"Kakak..." Bisik Minho.

"Owh... Adikku sayang!!" Ujarku sambil mengacak-acak rambut Minho.

"Ah! Hentikan! Umurku sudah 15 tahun kak!! Dan aku bukan anak kecil lagi!!" Protesnya.

"Tapi sampai kapanpun kamu tetap bayi bagiku "

"Yayaya..." Minho memutar bola matanya.

"Kamu jangan nakal ya selama aku tak ada di sini! Ikuti semua perintah ayah dan ibu! Ingat! mereka selalu memberikan yg terbaik untuk kita!" Aku mengacungkan jari telunjukku tepat di depan wajah Minho

"Iya iya kak... Sudah dari tadi malam kau mengatakan itu..." Minho menghalau jari telunjukku

"Hahaha... Baiklah, sampai jumpa adik kecil!" Aku mendaratkan kecupan manis di pipinya.

"Sampai jumpa semua!! Aku akan merindukan kalian!! Do'akan aku ya!!"

"Tentu saja, fighting Yoonaa!!" Aku sangat suka pada semangat keluargaku ini 

"Hahaha... Ya! Pasti! Semangat!!!" Aku mengepal tgn kananku dan mengangkatnya setinggi mungkin

Sambil melambaikan tangan, aku berjalan keluar rumah dan membuka pagar. Sebuah bis mewah tengah menunggu kehadiranku di dalamnya. Sinar matahari pagi yang menyinari body bis, membuat bis tersebut terlihat mengkilap dan elegan...

"Bisnya saja seperti ini, bagaimana asramanya? Ckckckck..." Gumamku

Hmm... Aku jadi memikirkan berapa biaya yang Ayah dan Ibu tambahkan dari tabunganku untuk semua ini. Pasti sangat besar. Baiklah, kau tak boleh mengecewakan mereka! Kau harus berprestasi di akademi ini Yoona!
Jangan biarkan uang itu habis sia-sia! Ayo kita mulai perjuangan itu!

Begitu aku memasuki bis, semua mata langsung melirik ke arahku. Banyak wajah yg belum familiar bagiku, walaupun kami - yang satu bis ini, berasal dari daerah yang sama. 

Gerogi. Mati kutu aku di depan sini. Suasana canggung yang melandaku sekarang membuatku bingung harus berbuat apa. Rasanya semua gerak-gerik yang aku lakukan adalah salah, bahkan menarik nafas pun menjadi tabu. Beberapa tatapan sinis juga sempat kudapati, dan itu cukup menyakitkan. Apalagi tatapan dari perempuan berambut pirang di belakang itu. Ugh! 

Sangat menjengkelkan bukan saat seseorang menatapmu seolah kau adalah orang terendah yg pernah ia lihat? Demikianlah yang aku rasakan skrg. Emosi menggebu-gebu di dadaku saat si gadis 'sok kecantikan' tersebut memutarkan kedua bola matanya dariku! Aku bisa membayangkan dengan jelas kalau aku lari ke kursi belakang itu dan menjambak rambut panjangnya! Demi Tuhan, menjadi teman satu kelasnya atau bahkan teman satu kamarnya merupakan mimpi terburukku yg menjadi kenyataan!!! Iihh!! Jangan sampai itu terjadi!

"Nona Yoona. Silahkan duduk, kita masih harus menjemput yang lain." Kata sang supir bis - ramah

"Oh baiklah, maaf ya tuan.....??"

"Panggil saja aku Bae " Jawab si supir bis. 

"Oh, ok. Senang bisa mengenalmu Bae." Aku mengangguk-angguk, tanda mengerti.

"Aku juga." Ia tersenyum padaku

Dilihat dari penampilannya, mungkin ia masih muda. Bisa jadi umurnya hanya sekitar 20-21 thn. Dari wajahnya terpancar semangat yang besar, menambah kesan positif di pagi hariku. Ia mulai menggunakan topinya kembali setelah mengelap cucuran keringat yang mengalir dari keningnya. Tangan dan kakinya yang siap untuk bekerja kembali membuatku mempercepat langkah menuju bangku kosong di pojok kiri itu. Hah.... Syukurlah karena bangkuku tak berdekatan dengan gadis menyebalkan!

Mesin kembali menyala, sesekali mesin tersebut mengeluarkan suara yg mirip rauman. Aku pun segera mengenakan sabuk pengaman demi keselamatan.

Kutengok ke luar jendela. Pepohonan hijau yang berjajar menyusuri jalan, rumah-rumah sederhana yang saling bersebelahan, beberapa anak kecil yang bermain di halaman depan rumah mereka dan orang-orang dewasa yang jogging ke sana kemari di pagi hari, pasti akan membuatku 'kehilangan' di asrama nanti. Huft... Belum juga sehari aku tinggal di sana, bahkan aku belum menapakan satu kakipun di 'SM Academy' itu, tapi aku sudah bisa membayangkan bagaimana kesepiannya aku di sana. Yeah, demi meraih cita-cita.... Tak apalah. Aku bisa mencari teman. Pikirkan dan sugestikan saja yg terbaik Yoona!! Fighting!

Roda bis pun mulai berputar - mengantarkanku dan yang lain ke SM academy tersebut. SM academy adalah sebuah universitas yang berbentuk asrama. Banyak orang-orang sukses yang berasal dari sana. Sekalipun biaya yg dikeluarkan tidak sedikit, setiap tahunnya banyak sekali calon-calon mahasiswa yang mendaftar di situ. Dibalik nama SM Academy yg besar, terselip sebuah misteri di dalamnya. Konon, pemilik dari SM Academy - 'Choi HyunShik' meninggal karena dibunuh oleh anaknya yang bernama 'Choi KangDae', dan Choi KangDae tega membunuh ayahnya karena menginginkan kekuasan di SM Academy juga demi memiliki kekuatan gelap. Gosip ini sempat tersebar dari keterangan 'Jin Kyong' - perempuan yg bekerja sebagai pelayan pribadi tuan Choi HyunShik. Namun berita ini dianggap kebohongan semata oleh polisi, karena bukti yg kurang kuat. Kematian tuan Choi HyunShik pun dianggap karena penyakit jantung yang memang sudah dideritanya selama 4 thn. 

Sepeninggalnya Choi HyunShik tersebut, SM Academy dipegang oleh Choi KangDae. Ia pun menggandeng seorang wanita bernama 'Hwa Young' untuk di bawa kepelaminan. Pernikahan sang milyuner ini sempat heboh di Korea Selatan. Pernikahan megah nan indah itu dibicarakan di berbagai media, baik cetak maupun visual. 1 thn berselang, sesosok bayi laki-laki yang diberi nama 'Choi SiWon' hadir di keluarga kecil Choi KangDae. Tapi anehnya, di saat anaknya berusia 5 thn, Ia pergi entah kemana - seperti di telan bumi begitu saja. Akhirnya, Hwa Young lah yang kini berkarir - mengurus SM Academy.

"Choi SiWon..." Aku bergumam - membayangkan sosok laki-laki itu.

Aku dan Siwon, memang lahir di tahun yang sama. Jadi, ada kemungkinan dia akan masuk ke academy yang dimiliki oleh keluarganya itu berbarengan denganku. Meskipun ia terkenal karena marga 'Choi' yang dimiliknya, wajahnya tak pernah muncul di majalah ataupun televisi. Laki-laki ini benar-benar misterius - persis teka-teki yang dibuat ayahnya beberapa tahun belakangan. Hmm... Akankah aku bertemu dengan pewaris tunggal SM Academy - si Choi SiWon itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar